Thursday 21 February 2013

Kandepag Majene Minta Mahasiswa Biasakan

Kepala Kementrian Agama Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat H Sufyan Mubarak meminta mahasiswa untuk terus membiasakan diri menggunakan otak dalam mewujudkan keinginan dan tujuan bersama.


"Dalam melakukan unjuk rasa juga hendaknya memakai otak bukan mengedepankan kekuatan fisik", katanya di Majene, Kamis.


Pada acara seminar dengan tema peran generasi muda Islam menangkal aksi kekerasan mengatasnamakan Agama di Majene, dikatakan, dewasa ini mahasiswa dalam melakukan aksi sering menunjukkan sikap anarkis dalam menyampaikan pendapat seperti pada saat menolak kenaikan BBM.


"Seharusnya itu tidak dilakukan mahasiswa mengedepankan kekerasan dalam merespon kebijakan pemerintah karena mahasiswa itu adalah kaum intelektual yang derajat pendidikannya sudah tinggi, dan calon pemimpin dibangsa ini,"kata alumni program pasca sarjana Universitas Muslim Indonesia ini.


Menurut dia, berbeda halnya dengan masyarakat yang tidak berpendidikan yang cendrung melakukan aksi pengrusakan dan kekerasan itu dapat dimaklumi, tetapi mahasiswa tidak boleh seperti itu harus mengedepankan pengetahuan dan melahirkan gagasan cerdas dalam mencari solusi atas masalah dibangsa ini bukan malah melakukan aksi kekerasan.


Ia mengatakan, sikap anarkisme mahasiswa tumbuh sejak mereka masuk pertamakali menginjak perguruan tinggi, yaitu pada masa orientasi penerimaan mahasiswa baru. Pada masa ini, mahasiswa mendapat penggemblengan mengenai kampus oleh senior-senior mereka sesuai dengan fakultasnya.


"Akhirnya mahasiswa menjadi berkelompok berdasarkan fakultas ini dan mengakibatkan timbulnya jura pemisah antara fakultas yang satu dengan yang lainnya. Sebab, setiap fakultas mempunyai ciri khas dan yel-yel yang berbeda, yang tentunya cenderung meninggikan fakultasnya dan merendahkan fakultas lain, bahkan mengejek fakultas lain,"katanya.


Sehingga terciptalah sikap saling ejek antara fakultas satu dengan lainnya. Ini sudah menjadikebiasaan turun temurun oleh para senior mereka. Sikap saling ejek inilah yang menimbulkan benih-benih anarkisme tumbuh dikalangan mahasiswa yang mesti dilakukan antisipasi.


Oleh sebab itu, ia mengatakan, mahasiswa harus menggunakan akal dan hati nuraninya dalam setiap mengatasi masalah yang ada termasuk dalam merespon kebijakan pemerintah dengan tidak bersikap anarkis.


"Sudah diketahui bahwasanya mahasiswa adalah agent of social change, yaitu agen perubahan social, mahasiswa sudah seharusnya menjadi pengawal perubahan tatanan masyarakat dalam kehidupan bernegara untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur sehingga nilai anarkis dan kekerasan harus dihilangkan,"katanya.(ant/rd)

No comments:

Post a Comment