Tuesday 26 February 2013

Isak Tangis Sambut Jenazah Pratu Jojon Miharja

Isak tangis dari sanak keluarga menyambut kedatangan jenazah almarhum pratu jojon miharja, anggota TNI yang merupakan korban penembakan separatis di Papua, yang tiba di kampung halamannya Desa Opaasi, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin siang.

Almarhum adalah satu dari delapan anggota TNI yang gugur akibat penembakan separatis di Kabupaten Puncak Jaya Papua, ketika hendak menuju bandara bersama warga sipil, (21/2).

Sebelum diantar dirumah duka, tepat pukul 11.30 WITA jenazah almarhum tiba di Bandara Haluoleo Kendari, yang diterima oleh Danrem 143 Haluoleo, dan sejumlah petinggi TNI lainnya. Selanjutnya dibawa kerumah duka untuk selanjutnya di Desa Opaasi untuk dilakukan upacara pemakaman secara militer.

Begitu iring-iringan kendaraan yang membawa almarhum tiba di rumah duka, pekik tangis dari keluarga tidak tertahankan, rumah sederhana itu kemudian disesaki oleh sanak keluarga termasuk warga setempat dan unsur pemerintah juga berada ditempat itu.

Almarhum Jojon Miharja yang lahir pada 20 Mei 1982 itu, meninggalkan tiga orang anak dengan seorang istri bernama Sasmita.

Usai diserahkan kepada keluarga, jenazah kemudian di sholati, lalu melalui prosesi adat diserahkan kepada pemerintah setempat, setelah itu diserahkan kembali ke militer untuk dilakukan pemakaman secara militer.

Saat pemakaman, ketiga anak almarhum bersama istrinya menyaksikan dengan seksama prosesi itu dengan perasaan sedih mendalam. Anak pertama dan kedua adalah kembar, yakni Zulhija dan Sulhaji seumuran 3,5 tahun berada dipangkuan kakeknya atau ayah dari Sasmita, sementara anak ketiganya sekitar setahun berada dipangkuan ibunya.

Tangis keluarga kembali tak tertahankan ketika jenazah almarhum hendak diturunkan keliang lahat, bahkan dua orang anaknya ikut menangis karena melihat orang disekeliling menangis.

Komandan kodim 1417/Kendari, Letkol Djoko S Pran, yang menghadiri pemakaman itu mengatakan, almarhum saat itu hendak mengambil alat komunikasi dari pangkalan menuju bandara, dan mereka tidak dilengkapi senjata karena mereka tidak dalam keadaan tugas patroli.

"Kejadiannya sekitar 10.30 waktu setempat, di Pos Penjagaan Sinak Punjak Jaya," katanya.

Rekan almarhum semasa sekolah, Faisal, mengaku kalau dua bulan lalu masih sempat berkomunikasi melalui telepon seluler.

"Almarhum adalah teman sebangku saya semasa sekolah, sejak dia lulus masuk tentara dan ditugaskan di Papua, kami tidak pernah putus komunikasi," katanya.

Prosesi pemakaman secara militer berjalan penuh hikmad yang dilakukan dibelakang rumah kediaman keluarga almarhum sekitar 40 meter, persis disamping makam ayahanda Almarhum Jojon Miharja yang lebih dahulu menghadap yang kuasa pada 2011.(ant/rd)

No comments:

Post a Comment