Saturday 2 March 2013

Balita Kekurangan Gizi Di Bogor Berkurang


Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat mencatat selama periode 2012, terdapat 143 balita yang terbilang kekurang gizi atau bertubuh kurus dan jumlah tersebut berkurang dari tahun sebelumnya (2011) yakni 243 anak balita.


"Dari 143 kasus yang ditemukan, semua sudah tertangani, hingga November 2012 hanya tinggal 49 kasus yang masih dalam penanganan," kata Kepala Bidang Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Devi Siregar, di Bogor, Kamis.


Devi menjelaskan, kasus gizi buruk masih menjadi momok di wilayah Kabupaten Bogor. Sejumlah warga lambat melaporkan kondisi kesehatan anaknya karena kurangnya kesadaran.


Selain rendahnya pemahaman, kemiskinan menjadi faktor utama yang menyebabkan kasus tersebut masih muncul di masyarakat.


Namun, dalam beberapa kasus, anak balita bergizi buruk kebanyakan juga disebabakan oleh penyakit bawaannya. "Hampir sebagian besar penderita kasus gizi buruk ini memiliki riwayat sakit bawaan, berasal dari kalangan tidak mampu dan tinggal di wilayah terpelosok yang sulit dijangkau," katanya.


Menurut Devi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah berupaya dalam mengentaskan permasalahan gizi buruk dengan sistem jemput bola, mendeteksi keberadaan anak-anak balita bergizi buruk lewat pengkaderan di sejumlah wilayah.


Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga secara rutin melakukan bulan penimbangan bayi dan balita yang gunanya untuk mengetahui kondisi kesehatan dan berat anak bayi dan balita secara berkala.


"Penanganan juga dilakukan dengan memberikan makanan tambahan dan vitamin kepada anaka-anak yang terdeteksi gizi buruk," katanya.


Devi menyebutkan, ada ratusan kader kesehatan posyandu dan puskesmas yang tersebar di setiap desa di wilayah Kabupaten Bogor.


Rata-rata satu desa memiliki dua hingga lima kader kesehatan yang bertugas dalam mensosialisasikan kesehatan kepada masyarakat.Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memiliki 19 center klinik gizi di sejumlah kecamatan, 101 puskesmas dan 96 puskesman pembantu."Memang semua fasilitas ini belum menjangkau semua lapisan masyarakat. Karena keterbatasan sarana dan prasarana," kata Devi.Devi menyebutkan, meski sudah tersedia sarana dan prasarana, rendahnya kesadaran masyarakat untuk mau memeriksakan diri secara rutin ke unit kesehatan masih menjadi kendala dan faktor penyebab masih terjadinya kasus gizi buruk.Banyak kasus gizi buruk terjadi kadang sudah berlangsung lama dan lambat ditangani, karena berbagai alasan diantaranya ekonomi, jarak yang jauh dan lebih percaya ke pengobatan tradisional.


"Perlu dukungan semua pihak, baik itu masyarakat, LSM dan semua unsur agar persoalan gizi buruk dapat tertangani dengan baik," ujarnya.


Terakhir kasus gizi buruk di Kabupaten Bogori, terjadi di awal Novembar 2012, dua balita dirujuk ke RSUD Cibinong karena mengalami gizi buruk. Dua balita tersebut yakni Zahwa usia 19 bulan, putri pasangan Nani (44) dan Sumitra (46) warga Kampung Azere, Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.


Sebelum Zahwa, balita lainnya yang juga dirujuk ke RSUD Cibibong, Warni (2) warga Parung Panjang, yang menderita gangguan syaraf di otaknya. Zahwa dan Warni sama-sama ditemukan oleh Relawan Peduli Bogor Barat yang memiliki perhatian terhadap kesehatan warga khususnya gizi buruk.(ant/rd)

No comments:

Post a Comment