Tuesday 19 February 2013

Peternak Sapi Madura Keluhkan Transaksi

Para peternak di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, mengeluhkan praktik jual beli sapi "tak sehat" yang dilakukan sebagian oknum pedagang dan pemilik sapi akhir-akhir ini.

"Praktik jual beli sapi dengan cara yang tidak sehat itu tujuannya hanya untuk mencari keuntungan saat hendak dijual di pasaran," kata Sahi salah seorang peternak asal Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan kepada Antara, Selasa.

Sahi merupakan salah satu korban praktik jual beli sapi "tak sehat" yang dilakukan oknum pedagang, saat membeli sapi miliknya belum lama ini di pasar sapi Keppo, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan.

Ketika itu, warga Dusun Daporah ini datang ke pasar itu bersama temannya, dan langsung mendekati seekor sapi yang terlihat bagus dari sisi postur tuburnya.

"Bulunya terlihat mengkilat dan badannya gemuk. Harga yang dipatok pedagangnya saat itu tidak terlalu mahal dibanding sapi-sapi lain yang ada di pasar," katanya menuturkan.

Sapi dengan tinggi sekitar 70 cm meter itu ditawarkan dengan harga Rp2.600.000. Padahal, sapi-sapi yang hampir sama dengan sapi yang hendak dibeli Sahi ketika itu hingga Rp3.000.000.

"Saya melihat sepintar, sapi itu memang terawat. Seperti sering diberi jamu, dan dimandiaan oleh orangnya. Soalnya bagus," tutur ayah dua orang anak ini.

Singkat, cerita, Sahi akhirnya sepakat membeli sapi itu dengan harga Rp2.400.000 setelah sebelumnya terjadi proses tawar menawar antara dirinya dengan pedagang sapi tersebut.

Akan tetapi setelah sampai dirumahnya, Sapi yang dibeli itu akhirnya sakit dan tidak mau makan dan dari duburnya keluar lumpur.

Beda Sahi, beda pula pengalaman peternak sapi Budairi. Warga Dusun Gunung Malang, Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan.

Pria ini mengaku juga tertarik membeli sapi yang hendak dipeliharanya itu, karena kondisi sapi terlihat sangat bagus.

Namun setelah tiba di rumahnya, sapinya justru sakit dan beberapa hari kemudian mati.

"Nah setelah diteliti dengan orang-orang yang berpengalaman dan pernah melakukan praktik 'tak sehat' dalam jual beli sapi itu, ternyata itu karena dioleskan balsam di di tenggorokan sapi," kata Budairi.

Sementara, pada sapi Sahi, tetangganya, karena sebelum dijual pemilik atau pedagang sapi mencekokkan lumpur dengan tujuan agar perut sapi terlihat kembung seperti sapi gemuk.

Menurut tokoh masyarakat setempat Misnadi, warga Desa Gagah yang menjadi korban praktik jual beli sapi "tak sehat" itu, bukan hanya dua orang akan tetapi sudah mencapai lima orang.

"Kasian mereka, uangnya hilang karena sapi mati. Belum lagi ancaman pencurian yang juga marak terjadi di desa ini," keluh Misnadi.

Oleh karena ia berharap pemerintah melalui dinas terkait bisa memperhatikan dan memberantas praktik jual beli sapi "tak sehat" yang sering terjadi di pasaran sapi di Pamekasan selama ini.(ant/rd)

No comments:

Post a Comment