Sunday 10 February 2013

Bantul Gandeng Perguruan Tinggi Bekali Calon Transmigran

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggandeng perguruan tinggi untuk membekali calon transmigran dari daerah itu sebelum diberangkatkan ke lokasi transmigrasi.

"Terutama dalam memberi pelatihan keterampilan berkebun seperti sawit, coklat dan kopi, jenis ini kan dari Institut Pertanian (Instiper) yang lebih tahu," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul, Didik Warsito, Senin.

Menurut dia, pengetahuan terhadap pemanfaatan lahan perkebunan sangat dibutuhkan oleh transmigran di lokasi agar dapat menggarap lahan maupun bekerja dalam perkebunan untuk kelangsungan hidup para transmigran.

"Jadi para calon transmigran harus tahu praktek pemeliharaan tanaman mulai tanam hingga waktu panen, minimal mereka sudah tahu tanaman yang jarang dijumpai di Bantul itu," katanya.

Ia mengatakan untuk pelatihan pertanian padi maupun hortikultura yang dalam praktiknya bisa dijumpai di Bantul cukup dengan melibatkan pelatih dari Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul.

"Jadi tergantung permintaan para transmigran itu sendiri, juga melihat potensi pertanian yang bisa digarap di lokasi, tapi memang kebanyakan di Sumatera dan Kalimantan itu cenderung tanaman sawit," katanya.

Menurut dia, calon transmigran yang sudah masuk daftar tunggu di Bantul sampai saat ini sebanyak sekitar 580 kepala keluarga (KK), pada tahun ini pihaknya akan memberangkatkan sebanyak 50 KK ke sejumlah daerah di luar Jawa.

"Sesuai jatah dari provinsi untuk tahun ini ada 50 KK, sehingga mereka disiapkan secara sumber daya manusia (SDM), mental, selama empat hari sebelum keberangkatan mereka juga di latih di Disnakertrans Provinsi," katanya.

Ia berharap, dengan pelatihan dan pembekalan terhadap calon transmigran maka transmigran bisa bertahan di lokasi dan terus menetap terlebih, bahkan dengan lahan garapan yang tersedia ekonominya menjadi lebih baik dan berkembang.

"Dengan keterampilan itu tentu bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan perkebunan, karena kegagalan itu sering disebabkan sumber daya manusia yang belum terampil, memang butuh tiga sampai empat tahun kemudian untuk bisa mengkur sukses," katanya.(ant/rd)

No comments:

Post a Comment